Kamis, 26 April 2012

Laporan tugas!!! o.O



PENDAHULUAN

Anasthesi berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), yang secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit seperti reversibel amnesia, analgesia, kehilangan kesadaran, hilangnya refleks otot rangka dan penurunan respons stres serta penurunan sistem pernafasan dan sirkulasi Kardiovaskuler. Anasthesia umum bisa diaplikasikan secara injeksi, inhalasi atau kombinasi keduanya.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetikanestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya rasa sakit secara total. Hewan yang diberi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgesik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan rasa nyeri dari bagian tubuh tertentu dan hewan tetap sadar. Beberapa tipe anestesi yaitu pembiusan total adalah hilangnya kesadaran total, pembiusan lokal adalah hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), pembiusan regional adalah hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Pelaksanaan pembiusan umum pada babi memiliki beberapa tantangan seperti hipersalivasi, terbatasnya pembuluh darah perifer, bentuk anatomi laring yang menjadi penyulit dalam intubasi trakhea, serta cenderung terjadinya laringospasmus. Babi juga sulit untuk dikekang sehingga penyuntikan intramuskular sulit untuk dilakukan. Dengan kesulitankesulitan di atas, metode pembiusan intramuskular yang cepat dan tepat merupakan salah satu solusi pembiusan. Senyawa anestesi intramuskular yang digunakan harus memiliki onset cepat dan volume pemberian yang sedikit agar pemberian obat bius dapat dengan cepat dilakukan. Karakter mula kerja obat (onset) yang cepat juga harus memiliki batas keamanan yang luas, langsung memberikan efek hipnosis, serta analgesia.



Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui cara membius babi.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui cara memasang ivichateter.
Alat dan Bahan
Alat
1.      Spoit
2.      Ivichateter
3.      Gunting
4.      Pita pengukur lingkar dada
5.      Termometer
6.      Selang
Bahan
1.      Kapas beralkohol
2.      Piloks
3.      Plester
4.      Air
Metode kerja
1.      Babi dimandikan terlebih dahulu dengan menggunakan selang hingga bersih.
2.      Sebelum dilakukan pembiusan terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan terhadap umur, suhu badan, penampilan fisik dan kondisi umum pada babi.
3.      Babi diarahkan ke sudut kandang kemudian suntikan obat bius ke bagian leher babi yang tepat.
4.      Setelah itu babi ditandai dengan menggunakan piloks.
5.      Babi dibiarkan hingga obat biur bereaksi, kemudian babi diletakkan di meja operasi.
6.      Ivichateter dipasangkan ke pembuluh darah vena aurikularis pada daun telinga babi, kemudian babi dibawa ke ruang operasi.

PEMBAHASAN
Hewan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium disarankan untuk puasa selama 8 – 12 jam sebelum pemberian anastesi, hal ini dikarenakan salah satu efek dari obat bius adalah dapat menimbulkan reaksi muntah, yang berakibat hewan akan mengalami tersedak (slick pneumonia) karena saluran pernafasannya tersumbat.
Obat-obatan preanastesi yang umum diberikan sebelum dilakukan pembiusan antara lain : Acepromazine, Atropin Sulfat, Xylazine, Medetomidine, Diazepam, dan agen opoid yang lain.
Tidak ada obat-obatan preanastesi yang tidak mempunyai efek samping. Semua pemberian preanastesi harus dilakukan setelah pemeriksaan kondisi hewan (spesies hewan, status fisik, temperamen hewan).
Anestesia pada babi memiliki karakter induksi yang cepat yaitu 1,55±0,5 menit, babi akan tertidur dengan posisi lateral rekumbensi dengan selang waktu 2,27±0,6 menit setelah injeksi intramuskular. Efek analgesi diuji dengan mengamati refleks sakit dengan tusukan jarum di bagian tengah daun telinga dan di legok lapar/ flank abdomen. Perbedaan jenis babi yang digunakan perlu mendapat perhatian dalam pemilihan obat bius yang digunakan. Kisaran normal suhu rektal pada babi adalah 38,7-39,8 °C. Frekuensi jantung babi pada kondisi terbius yaitu 80-130 /menit. Nilai normal frekuensi pernapasan babi saat istirahat, yaitu 32-58/menit. Hipotermia yang terjadi selama anestesi terjadi karena penekanan kerja hipotalamus terhadap respons suhu darah yang dingin. Hipotermia pada kondisi anestesi juga dapat terjadi karena paparan suhu dingin dalam waktu lama, ketidakmampuan dalam menjaga kehilangan panas dan ketidak mampuan dalam menciptakan panas.



KESIMPULAN
Frekuensi detak jantung dan frekuensi pernafasan relatif konstan selama pembiusan. Keefektifan penggunaan metode pembiusan ini berupa parameter pengamatan pembiusan, farmakodinamika dan farmakokinetika dari kombinasi obat bius yang digunakan.


PUSTAKA
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar